Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Motor Honda, Motor Sejuta Umat di Seluruh Dunia

Sejarah Motor Honda, Motor Sejuta Umat di Seluruh Dunia

Jika kita perhatikan di jalan raya, pasti akan melihat banyak motor Honda karena sejak zaman dahulu Honda sudah ada dan familiar di Indonesia.

Bahkan sampai-sampai beberapa orang menyebut  bahwa sepeda motor yaitu Honda, tidak peduli mereknya Yamaha, Suzuki, Kawasaki, bahkan Vespa sekalipun. Bagi mereka, motor ya disebut Honda.

Siapa sebenarnya penemu motor Honda? Ia adalah Soichiro Honda, lahir pada tanggal 17 November 1906.

Honda adalah anak pertama dari keluarga miskin, di mana ayahnya bekerja sebagai pandai besi dan juga ahli reparasi sepeda.

Honda menghabiskan masa kecilnya dengan membantu ayahnya di bengkel. Ia tidak tampan dan tidak juga pandai. 

Di sekolah, prestasinya biasa-biasa saja, bahkan sering duduk di belakang untuk menghindari perhatian dari gurunya.

Namun, Honda kecil sangat mengagumi teknologi. Ia bisa menghabiskan banyak waktu di tempat penggilingan padi hanya untuk melihat mesin diesel yang menggerakkan penggilingan tersebut.

Honda juga sangat terpukau ketika melihat pesawat terbang. Ia merasa heran bagaimana benda sebesar dan seberat itu bisa terbang di udara.

Honda kecil juga sering melakukan percobaan teknologi. Ia kerap mengotak-atik sepeda di bengkel ayahnya dengan tang dan alat-alat yang bisa ia temukan di lemari penyimpanan di bengkel ayahnya.

Ia mencoba memperbaiki sepeda yang yang rusak, tetapi alih-alih memperbaiki, sepeda yang ia tangani malah semakin rusak. Namun, ayahnya tidak marah. 

Bahkan suatu ketika Honda diajak naik sepeda lalu dibelikan alat-alat bengkel di sebuah toko di kota. Tentu Honda sangat senang dengan pemberian dari ayahnya itu.

Dalam perjalanan pulang, Honda merengek meminta gantian agar ia yang mengendarai sepeda sambil memboncengkan ayahnya. Tentu saja, ayahnya melarang karena banyak jalanan yang menanjak.

Namun, dalam hatinya, Honda berkata, suatu ketika nanti, aku akan memboncengkan ayah untik berkeliling kota menggunakan sepeda.

 

Pada usia 15 tahun, Honda memutuskan untuk pergi ke Tokyo, ia ingin bekerja di sebuah bengkel mobil. 

Bosnya sangat senang melihat cara kerjanya, karena setiap suara mencurigakan pada mesin atau kebocoran oli tidak luput dari perhatiannya.

Honda seolah-olah memiliki indra keenam dalam hal mesin, mungkin karena sejak kecil ia sudah terbiasa berurusan dengan mesin.

Pada usia 21 tahun, bosnya membuka kantor cabang di Hamamatsu, dan Honda pun pindah ke sana. Di Hamamatsu, prestasi kerjanya tetap baik, bahkan semakin baik.

Ia bekerja dengan cepat dan membuat pelanggan senang dengan hasil kerjanya. 

Pelanggan mengatakan, "Biasanya, jika mobil saya rusak, perbaikannya butuh satu hingga minggu, namun saat dikerjakan oleh Honda, hanya butuh dua hari saja."

Dalam perjalanan hidupnya, ketika mulai merintis usahanya, Soichiro Honda menghadapi banyak tantangan.

Honda menandatangani hak paten pertamanya pada usia 30 untuk penemuan jari-jari mobil yang terbuat dari logam.

Sebelumnya, jari-jari mobil dibuat dari kayu yang sangat tidak nyaman. Sehingga jari-jari logam milik Honda laku keras dan diekspor ke seluruh dunia.

Setelah menciptakan jari-jari logam, Honda ingin mandiri dan membuka usaha bengkel sendiri. Ia membuat ring piston dan menawarkannya kepada Toyota.

Toyota saat itu sudah merupakan perusahaan besar dalam pembuatan mobil, tetapi harapan Honda tidak sesuai dengan kenyataan. 

Karyanya ditolak oleh Toyota, karena ring piston buatannya tidak cukup lentur dan dianggap tidak memenuhi standar.

 

Padahal, untuk membuat ring piston itu, Honda bekerja siang dan malam berhari-hari selama lebih dari 3 bulan dan hampir menghabiskan seluruh uangnya.

Honda tak luput dari cibiran teman-temannya, bahkan senang melihat penderitaannya.

Akibat kegagalan itu, Honda jatuh sakit yang cukup serius dan butuh beberapa bulan untuk beristirahat hingga kesehatannya kembali pulih.

Setelah sembuh, ia kembali memimpin bengkelnya, tetapi masalah ring piston yang tidak laku itu belum juga menemukan solusinya.

Untuk mencari jawaban, ia kembali kuliah untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. 

Namun di bangku kuliah, ia ,malah merasa frustrasi karena di sana hanya diajarkan teori dasar dan tidak banyak praktik yang berkaitan dengan masalah permesinan.

Ia protes kepada rektornya, "Mengapa kuliah tidak banyak praktik terkait masalah permesinan, tetapi hanya disuruh membaca buku dan menghafal.

Pernyataan tersebut justru dianggap sebagai penghinaan. Honda pun akhirnya dikeluarkan dari kampus dengan tidak hormat.

 

Beberapa bulan kemudian, berkat kerja keras dan pantang menyerah kemudian mencoba lagi, akhirnya desain ring piston Honda selesai.

Ketika ring itu kembali ditawarkan kepada Toyota, perusahaan itu akhirnya bersedia menerimanya. Honda sangat senang dengan pencapaian ini.

Namun, saat Toyota memberikan kontrak dan berniat mendirikan pabrik, Honda kesulitan mendapatkan dana. Saat itu, Jepang sedang bersiap untuk berperang, tetapi Honda tidak kehabisan akal.

Ia mencari modal sendiri dengan meminjam dari berbagai pihak. Namun, saat modal sudah terkumpul dan pabriknya hampir selesai, perang meletus dan pabriknya terbakar, bukan hanya sekali, tetapi sampai dua kali.

Honda memandang pabrik yang ia bangun dengan susah payah berubah menjadi abu. Ia merasa sangat sedih.

Namun, Honda tidak mau menyerah. Ia mengumpulkan karyawannya dan memerintahkan mereka untuk mengumpulkan sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika untuk digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik.

Pabrik harus berdiri lagi karena pesanan dari Toyota harus ia selesaikan. 

Namun, saat pabrik telah berdiri dan siap digunakan, tiba-tiba terjadi gempa bumi yang hebat dan menghancurkan pabriknya hingga luluh lantak.

Kala itu Honda tidak lagi memiliki dana, akhirnya menjual sisa-sisa dari pabrik ring pistonnya ke Toyota. 

Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain, tetapi semuanya gagal. 

 

Kehidupannya saat itu sangat berat; bahkan untuk sekadar membeli makanan bagi keluarganya pun ia tidak sanggup.

Di jalanan, mobil juga tidak terlihat karena bensin tidak tersedia di pasaran. Perang membuat segala sesuatu menjadi serba sulit, dan orang-orang juga kesulitan bepergian ke mana pun.

Melihat situasi ini, Honda lalu membuat sebuah mesin yang ia pasang pada sepeda. Tujuannya sederhana, agar dalam kondisi bensin yang minim, orang tetap bisa bertransportasi. 

Meskipun menggunakan sepeda, jika ada mesinnya tidak akan terlalu melelahkan untuk perjalanan jauh.

Siapa sangka, sepeda motor buatan Honda itu ternyata sangat diminati oleh banyak orang. 

Banyak tetangganya yang memesan sepeda bermesin buatan Honda, dan bahkan orang-orang dari luar kota yang mendengar tentang sepeda bermotor Honda juga ikut memesan. Honda sampai kewalahan memenuhi pesanan tersebut.

Ternyata, peluang selalu terbuka bagi mereka yang memiliki keahlian dan tidak menyerah. 

Honda yang terlalu fokus pada mesin mobil tidak menyadari potensi besar pada produk sepeda motor. Padahal, membuat mesin untuk sepeda adalah hal yang relatif mudah baginya.

Di sinilah Honda yang optimis kembali mendirikan pabrik. Ia mulai memproduksi sepeda motor, dan seiring waktu, sepeda motor Honda mengalami perbaikan dan pembaruan.

Akhirnya, sepeda motor Honda banyak ditemukan di jalan-jalan Jepang, dijual di mana-mana, bahkan hingga ke luar negeri, termasuk Indonesia.

 

Dari kondisi terpuruk, Honda mulai meraih kesuksesan. Pabriknya semakin besar dan cabangnya ada di berbagai tempat. 

Teman-teman yang dulu mencibirnya sekarang termasuk orang-orang yang menggunakan sepeda motor buatannya.

Suatu ketika, Honda pulang ke rumah dan menemui ayahnya. Sesuai janjinya, ia memboncengkan ayahnya naik sepeda bermotor untuk berkeliling kota.

Honda tidak merasa capek karena sepedanya sekarang menggunakan mesin. Ayahnya tertawa lebar dan merasa sangat bahagia.

Demikian artikel mengenai sejarah lahirnya sepeda motor Honda yang dapat kami bagikan, semoga artikel ini bermanfaat ya.