Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apakah Honda Stylo akan lebih laris dibandingkan Yamaha Filano?

Apakah Honda Stylo akan lebih laris dibandingkan Yamaha Filano?

Produk yang hadir lebih dulu biasanya memiliki keuntungan karena lebih diingat oleh konsumen. Inilah yang membuat produk yang lebih awal muncul bisa unggul, bahkan ketika digoyang oleh kompetitor.

Namun, ada juga merek dengan produk yang bagus yang hadir lebih dulu, tetapi tidak menjadi pemimpin pasar. Contohnya adalah Yamaha Mio. 

Meskipun Yamaha mengeluarkan motor matic kecil ini lebih awal, namun kalah bersaing dengan Honda Beat yang datang belakangan.

Yamaha Mio awalnya sempat mengungguli Kymco yang datang lebih dulu. Ada juga Yamaha Nmax, motor matic besar yang hadir lebih awal, tapi yang menjadi pemimpin pasar di kelas ini adalah Honda PCX.

Saat ini, Honda Stylo yang baru saja diluncurkan sepertinya akan membuat Yamaha Filano kalah bersaing. 

Pertanyaannya, mengapa Honda Stylo ini diperkirakan akan lebih populer dibandingkan Yamaha Filano?

Di Indonesia, Honda memang sangat dominan. Apakah dominasi ini juga terjadi di negara lain seperti Malaysia, Vietnam, Thailand, India, China, Korea, Jepang, bahkan di seluruh dunia.

Kemudian, ada kasus eSAF di mana rangkanya patah dan karatan. Apakah masalah ini akan mempengaruhi penjualan Honda Stylo, mengingat rangkanya masih menggunakan eSAF.

Jika Honda tetap lebih unggul dan laris meskipun menggunakan eSAF, mengapa orang Indonesia begitu fanatik dengan merek Honda? Mari kita bahas lebih lanjut dalam artikel ini.


Honda Stylo Versus Yamaha Filano

Belum dapat dipastikan apakah Honda Stylo akan lebih laris dibandingkan Yamaha karena motor ini memang baru saja diluncurkan belum lama ini.

Namun berdasarkan pengalaman, produk Honda yang bersaing dengan Yamaha biasanya lebih laris di pasaran.

Pada pameran IIMS di Kemayoran, motor Honda Stylo mendapatkan sambutan yang sangat positif. Bahkan, penjualan motor ini melebihi penjualan Honda Beat, lho.

Padahal, seperti yang kita ketahui, Honda Beat adalah motor paling laris di Indonesia. Jika Honda Stylo bisa mengungguli Beat, tentu saja ini memberikan gambaran positif bagi Honda dalam persaingan dengan merek lain.

Secara persentase, 53% penjualan motor pada pameran IIMS kemarin dicatat oleh Honda Stylo. Pertanyaannya, apa yang membuat motor ini begitu laris?

1. Produk baru umumnya lebih menarik perhatian konsumen

Ketika kita membeli barang baru pada umumnya akan memberikan respon positif. Respons ini berbeda jika seseorang membeli Honda Beat atau produk yang sudah dikenal sebelumnya.

2. Desain menarik

Desain memang subjektif, tetapi banyak yang mengakui bahwa desain ini menarik, meskipun daya tariknya mungkin karena mirip Vespa. 

Honda tampaknya memahami selera konsumen di Indonesia, sehingga mereka melakukan perubahan dengan mengombinasikan gaya retro dan modern.

Menurut Honda, desain seperti inilah yang akan diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia.

3. Harganya menarik 

Jika dibandingkan dengan Yamaha Filano dengan harga yang kurang lebih sama, Honda Stylo sudah mendapatkan mesin dengan kapasitas yang lebih besar. 

Orang Indonesia cenderung suka mendapatkan lebih banyak dengan harga yang sama. Meskipun begitu, bagus atau tidaknya sebuah motor tidak selalu ditentukan oleh besarnya kapasitas mesinnya saja.

 

Kenapa Styo itu menarik?

Jawabannya karena mereknya Honda. Apa pun, jika mereknya Honda, orang pasti suka dan akan banyak terjual, kecuali motor listriknya.

Bukan rahasia lagi bahwa orang Indonesia adalah pemuja merek Honda, bahkan sejak awal kemunculan Yamaha Filano.

Desain retro ala Vespa ini memang disukai banyak orang. Tetapi meskipun begitu, ada juga yang rela menunggu desain serupa dari merek Honda.

Hal ini menunjukkan bahwa merek memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan konsumen untuk membeli, dan diakui atau tidak, itu memang terjadi.

1. Honda tidak hanya laris di Indonesia 

Tidak hanya di Indonesia saja, Honda juga laris di beberapa negara lain, seperti Thailand, Vietnam, bahkan di negara asalnya sendiri, Jepang. Padahal Jepang adalah asal dari Suzuki, Yamaha, dan Kawasaki, tapi Honda tetap juaranya.

Bahkan penjualan sepeda motor terlaris di dunia dipegang oleh Honda. Honda hanya kalah di beberapa negara saja, seperti di India yang juaranya adalah merek Hero. Meskipun modelnya terkesan kuno, Hero adalah produk nasional kebanggaan India.

Di Amerika Serikat, meskipun motor paling lakunya adalah jenis motor besar karena orang Amerika berpostur besar dan jalan-jalannya pun lebar sepeda motor merek Jepang yang paling laku tetap Honda.

Nah, menariknya, meskipun unggul di banyak tempat di dunia, produk-produk yang dijual oleh Honda tidak selalu sama, dan tidak hanya satu jenis produk saja.

Misalnya, di Indonesia, yang laris adalah Honda Beat, tapi di Malaysia, negara tetangga kita, yang laris justru model motor bebek, padahal di Indonesia motor bebek sudah tidak populer lagi.

Di Jepang sendiri, produk Honda yang laris berbeda dengan negara lain. Meskipun begitu, untuk menjadi laris di mana-mana, Honda tidak langsung mendapatkan tahtanya dalam waktu singkat.

Mereka perlu memahami selera masyarakat lokal, mengetahui desain yang akan diterima, termasuk harga dan distribusinya.

Misalnya, di India, meskipun Honda di sana bukan yang terlaris dan berada di posisi nomor dua, tetapi model-model Honda yang dijual di sana bisa dibilang "aneh". Namun, di India, model seperti itulah yang disukai.

2. Desain adalah soal selera

Jadi, daripada Honda mencoba mendikte pasar dengan desain yang tidak sesuai, lebih baik mengikuti selera masyarakat lokal. Besar kemungkinan desain yang sesuai dengan selera lokal akan diterima dengan baik.

Bicara mengenai produk yang meniru desain produk lain atau produk yang hadir belakangan, banyak yang bilang kalau Honda di Indonesia sering mengekor model produknya Yamaha yang sudah terbukti diterima oleh pasar.

Contohnya seperti Yamaha Mio, motor matic kecil, kemudian Honda membuat Honda Beat. Untuk matic besar, Yamaha punya Nmax, lalu Honda resmi menjual PCX di Indonesia.

Terakhir, ketika Yamaha mengeluarkan Filano, Honda melihat tren motor retro ala Vespa memiliki banyak peminat, jadi mereka juga ikut menjual Stylo.

 

Apakah meniru itu wajar?

Honda adalah produsen besar yang seharusnya membuat produk yang benar-benar baru, yang inovatif, bukan malah meniru produsen lain yang notabene lebih kecil. Apa tidak malu?

Jawabannya, meniru boleh-boleh saja. Justru datang belakangan alias meniru produk yang sudah ada memberikan beberapa keuntungan. 

Pertama, produk yang serupa dengan produk yang sudah diterima oleh pasar memiliki peluang diterima yang lebih besar, sehingga tidak perlu coba-coba.

Jika ada produsen yang membuat desain baru atau teknologi baru, pembeli bisa tertarik, tetapi juga bisa tidak. Desain baru bisa saja dianggap aneh, yang akhirnya menyebabkan produknya tidak laku. 

Sedangkan produk yang meniru desain yang sudah diterima, jelas lebih aman karena selera pasar sudah menyukai jenis produk tersebut.

 

Meniru bisa mengurangi biaya riset

Stylo hanya mengandalkan desain, karena mesin yang digunakan sama seperti Vario 160, rangka juga masih menggunakan eSAF meski pernah heboh di tahun 2023.

Inovasi dan riset memang memiliki biaya yang sangat tinggi, namun, Honda pintar. Mereka tahu bahwa dengan menjual desain yang bagus saja, posisi tawar mereka sudah sangat tinggi dan menarik di Indonesia.

Karena datang belakangan, Honda juga tahu harga dan apa yang menarik untuk ditawarkan agar lebih unggul dibanding Yamaha Filano.

Ini mirip dengan produk dari Wings yang hadir belakangan, sehingga mereka tahu harus menawarkan harga berapa dan bagaimana membuat produk yang lebih menarik di mata konsumen.

 

Intinya, persaingan itu bagus. Sebagai calon pembeli, kita punya beragam pilihan, dan produsen tentu akan memberikan yang terbaik agar produk mereka lebih menarik dibandingkan dengan yang ditawarkan oleh kompetitor.

Meskipun tentu saja versi terbaik menurut produsen belum tentu sepenuhnya sesuai dengan yang kita harapkan. Misalnya, banyak orang yang menyayangkan mengapa Honda Stylo masih menggunakan rangka eSAF.

Seperti yang kita tahu, rangka eSAF kemarin ramai diberitakan karena mudah patah dan karatan. Honda tetap menggunakan rangka eSAF, selain karena alasan teknis untuk membuat motor lebih lincah, juga karena mereka optimis bahwa Stylo akan tetap laris meskipun menggunakan rangka eSAF.

Selain itu, orang Indonesia cenderung bisa memaklumi dan tidak banyak protes. Kalaupun ada protes, biasanya hanya sebatas formalitas.

Stylo, dengan harga yang kurang lebih sama dengan Yamaha Filano, menawarkan kapasitas cc yang lebih besar dan ada pilihan dengan ABS.

 

Setiap produk tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan. Sementara untuk desain, mana yang lebih baik, itu tergantung pada selera masing-masing.

Ada yang lebih suka desain Yamaha Filano, dan ada juga yang lebih memilih model Honda Stylo.

Bagaimana dengan kalian, apakah termasuk fanatik dengan merek tertentu atau lebih fleksibel dalam memilih produk?