Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kenapa Motor Suzuki Tidak Bisa Bersaing di Pasar Otomotif Indonesia?

Kenapa Motor Suzuki Tidak Bisa Bersaing di Pasar Otomotif Indonesia?

Suzuki memang telah lama hadir di Indonesia, namun persaingan ketat kendaraan roda dua dengan merek lain membuat pabrikan ini sulit bersaing di pasar tanah air yang terus berkembang. 

Apalagi dengan adanya Honda dan Yamaha di tanah air yang saling mengejar satu sama lain, membuat Suzuki semakin tertinggal jauh. Untuk memahami mengapa Suzuki tidak laku di Indonesia, mari kita lihat sejarahnya.

Suzuki mungkin kurang agresif dalam membawa inovasi produknya ke pasar Indonesia. Pemilihan model dan teknologi yang mungkin tidak sesuai dengan preferensi masyarakat di tanah air juga menjadi salah satu alasannya. 

Belum lagi, Suzuki sering kali menetapkan harga produknya lebih tinggi dibanding pesaingnya. Ini membuat bikers di tanah air cenderung beralih ke merek lain yang menawarkan harga lebih murah.

Salah satu contohnya adalah motor Suzuki Avenis 125 yang dibanderol Rp29.970.000 di Jakarta atau harga genapnya sudah jelas Rp30 juta. 

Bayangkan saja jika dibandingkan dengan kompetitornya seperti Yamaha Mio 125 yang dijual 17 jutaan dan Honda Beat 125 terbaru 2023 yang kabarnya akan rilis pada 5 Oktober dengan harga 16 jutaan.

Jelas sekali kalau Suzuki ini sangat sulit untuk bisa bersaing di pasar otomotif tanah air.

Namun tentu ini bukan semata-mata hanya tentang harga, kualitas dan fitur yang ditawarkan juga sangat berpengaruh. 


Konsumen di Indonesia umumnya mencari harga yang paling bersahabat untuk dompet mereka. 

Jika kualitas serta fitur yang ditawarkan sama dengan lawannya, sudah pasti produk Suzuki akan terabaikan. 

Banyak contoh kegagalan Suzuki di Indonesia. Misalnya saja, Suzuki Skydrive 125 yang meluncur pertama kali pada tahun 2009 dan hanya berumur 5 tahun. 

Pada tahun 2014, Suzuki memutuskan untuk menghentikan produksi motor ini walaupun dibekali dengan mesin yang cukup besar. Pada saat itu sepertinya masyarakat di tanah air kurang menggemari skutik ini.

Tak kapok sampai di situ, selanjutnya Suzuki memproduksi Skywave 125, dan lagi-lagi kapasitas mesin yang ditawarkan cukup besar pada zaman itu. 

Namun sayangnya konsumsi bahan bakarnya boros karena mesinnya masih menggunakan karburator.

Apalagi saat bermanuver, skutik ini terasa kurang lincah karena bobotnya yang berat, sehingga akhirnya motor ini juga disuntik mati. 

Suzuki kemudian melanjutkan pasar skutik maticnya dengan Spin 125. 

Mesin Suzuki Spin sebenarnya memiliki beberapa keunggulan dibanding Honda Vario dan Yamaha Mio pada saat itu, tetapi ketersediaan suku cadang yang minim membuat skutik ini senasib dengan Suzuki Skydrive dan Suzuki Skywave. 

Hal ini menyebabkan harga suku cadang menjadi mahal, sehingga satu persatu dealer Suzuki mulai tutup.


Tidak sampai disitu, Suzuki melanjutkan kegagalannya dengan meluncurkan Suzuki Hayate, namun skuter matic berkapasitas 125 cc ini sudah berhenti produksi sejak tahun 2014.

Namun belakangan ini, nilai jual Suzuki Hayate meningkat karena menjadi buruan kolektor, meskipun saat awal kemunculannya tidak banyak orang yang tertarik dengan skutik ini. 

Namun tetap saja, ini bisa dibilang kegagalan Suzuki, entah itu karena harga, kualitas, atau pemasaran yang kurang tepat.

Tetapi anehnya, mengapa Suzuki di pasar India laku keras dibanding Indonesia? Pertama-tama, Suzuki memahami betul keinginan pasar India. 

Mereka menyadari bahwa orang India mencari motor yang andal, efisien, dan tahan lama, dan Suzuki memberikan semua ini dalam paket motor mereka. 

Berbeda dengan orang kita yang ingin murah, tanpa terlalu peduli dengan fitur atau daya tahan, yang penting desain keren dan harga terjangkau. 

Desain-desain motor Suzuki di India terlihat simpel tapi stylish, cocok dengan selera masyarakat India yang suka tampil sederhana tetapi keren. 

Ya, walaupun di mata kita terlihat aneh, tapi bagi mereka, motor-motor Suzuki di India terlihat keren. Mungkin mereka juga merasakan hal yang sama ketika melihat motor-motor di Indonesia.


Selain itu, Suzuki juga punya jaringan layanan purnajual yang luas di India. Artinya, meskipun membeli motor Suzuki, konsumen tidak perlu khawatir soal suku cadang atau servis karena banyak bengkel Suzuki tersebar di India, berbeda dengan di Indonesia.

Tak hanya itu, performa mesin Suzuki yang handal  juga sudah tidak perlu diragukan lagi. Mesin mereka tidak hanya bertenaga, tetapi juga hemat bahan bakar.

Jika kita lihat di jalanan India yang kadang-kadang terlihat ramai, motor Suzuki cukup sering dijumpai.

Intinya, Suzuki memberikan kombinasi yang pas antara desain keren, performa handal, dan memahami betul selera masyarakat India. Inilah sebabnya motor Suzuki begitu laku keras di sana.

Namun inilah yang menjadi pertanyaan, mengapa Suzuki tidak mau berkontribusi di Indonesia dengan menyesuaikan diri dengan selera masyarakat di tanah air.

Andai saja Suzuki mengikuti langkah Honda yang sering terlihat meniru dari Yamaha, tentu kami yakin Suzuki akan menjadi pilihan nomor satu yang mampu mengalahkan Honda dan Yamaha.