Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Akhir Perjalanan dari Motor Suzuki Shogun 125

Bicara mengenai motor bebek Suzuki, motor pertama yang akan terlintas di pikiran kita pastinya tidak akan jauh dari Suzuki Shogun series.

Motor bebek buatan Suzuki yang sempat berjaya dan memiliki tempat di hati para bikers ini telah mengaspal selama belasan tahun dengan berbagai inovasi di setiap generasinya.

Dibuat sebagai motor bebek 4 tak pertama dari pabrikan berlogo "S", Suzuki memulai generasi Shogun pada tahun 1995 dengan basis rangka dan bodi yang diambil dari Tornado series. 

Suzuki memasang mesin 4 tak berkubikasi 110cc, yang kala itu belum ada pabrikan lain yang menerapkan kubikasi 110cc pada motor bebek 4 tak mereka.

Generasi yang dikenal dengan sebutan Shogun Kebo ini boleh dibilang sebagai motor bebek 4 tak yang cukup kencang pada masanya dengan klaim tenaga mencapai 9,6 HP di 7.000 RPM.

Menyambut era milenium di tahun 2000, Suzuki menghadirkan Shogun 110, generasi kedua yang dipromosikan dengan slogan legendarisnya, "Shogun dilawan."

Mesin yang diusungnya masih mengandalkan 110cc 4 tak, namun dari segi desainnya telah dirubah total menjadi lebih modern, ramping, serta minimalis, sehingga bisa diterima dengan baik oleh konsumen.


Selama kurang lebih empat tahun masa baktinya, motor ini berhasil terjual sebanyak 900.000-an unit.

Setelah sukses dengan Shogun 110, pada tahun 2004 Suzuki menggantikan generasi ini dengan Shogun 125R. 

Kehadiran motor ini bertujuan untuk menghadang laju Honda Karisma 125. Untuk itu, Suzuki merombak desain Shogun dengan desain yang lebih gambot dari generasi Shogun 110.

Ditambahkan juga fitur bagasi di bawah jok, lampu depan ganda yang diklaim lebih terang, fitur penutup kontak permanen, serta mesin berkubikasi 125 cc yang mampu menghasilkan tenaga 9,4 HP pada 8.000 RPM dan torsi puncak 9,8 nm pada 6.000 RPM.

Tidak lama setelahnya, Honda menggantikan Karisma 125 series dengan Supra X 125 generasi pertama.

Lagi-lagi Suzuki merespon pergerakan Honda dengan menghadirkan varian Shogun 125 SP yang mengusung fitur inovatif ala motorsport berupa velg cast wheel dan cakram depan model lebar yang desainnya mirip dengan velg dan cakram milik Satria FU.

Kopling manual dengan pengoperasian transmisi maju mundur, serta rem belakang cakram dan penambahan undercowl.


Belum puas dengan varian Shogun R dan Shogun SP, pada tahun 2007 Suzuki merombak total desain Shogun 125 dengan garis desain lebih tajam, penggunaan sein pada bodi depan, dan lampu belakang LED.

Suzuki juga menghadirkan beberapa varian Shogun 125 dengan desain baru ini, mulai dari Shogun 125R yang mengusung velg jari-jari dan pengereman depan cakram, sedangkan rem belakangnya masih menggunakan tromol.

Lalu Shogun 125 RR dengan velg cast wheel dan pengereman full cakram, kemudian Shogun 125 NR atau Shogun Naked Raider yang tampil dengan striping warna khusus.

Serta Shogun 125 SP dengan kopling manual, velg cast wheel, dan pengereman cakram depan dan belakang.

Perombakan signifikan pada Shogun 125 series ini disempurnakan dengan penambahan engine balancer yang ditujukan untuk meminimalisir getaran mesin.

Namun inovasi Suzuki tidak berhenti sampai di situ saja. Setahun setelahnya, pada tahun 2008, Suzuki merilis varian Shogun 125 FI dengan teknologi pengkabutan injeksi yang disebut Hyper Injection.

Selain fitur pengkabutan full injection, fitur lain dari Shogun 125 FI adalah teknologi O2 sensor dan sensor suhu mesin. 

O2 sensor sendiri berfungsi untuk mengatur emisi gas buang agar lebih ramah lingkungan,.

Sedangkan sensor suhu mesin akan memberi sinyal kepada ECM agar injektor menyemprotkan bahan bakar sesuai kebutuhan, sehingga saat mesin dalam kondisi dingin tetap mudah dihidupkan.

 

Suzuki mengklaim bahwa Shogun 125 Fi lebih irit dan output tenaganya meningkat di angka 10,2 HP pada 8.500 RPM dan torsi puncak 10 nm pada 5.500 RPM.

Berdasarkan hasil komparasi dari Otomotif.net, performa Shogun 125 Fi ini mendominasi di putaran atas, tetapi akselerasinya sedikit kalah dari Supra X 125 PGM-Fi, yang karakter torsi puncaknya muncul pada 500 RPM lebih rendah.

Namun saat pengujian konsumsi BBM dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam, konsumsi BBM Shogun 125 FI mencapai 76 km/l, unggul tipis 0,5 km dari Supra X 125 PGM-Fi.

Namun entah mengapa, versi injeksi Shogun 125 ini justru kurang begitu sukses dari segi penjualan, padahal harga motor ini ditawarkan lebih murah 450.000-an dari rival terdekatnya, Supra X 125 PGM-Fi.

Salah satu hal yang cukup menjadi sorotan dari Shogun 125 injeksi ini adalah perubahan velg dan pengeremannya.

Dari yang semula menggunakan velg dan cakram lebar yang mirip seperti velg dan cakram bawaan Satria FU, berubah menjadi velg cast wheel dengan palang melengkung.

Ditambah lagi, ukuran cakram depannya berubah menjadi lebih kecil, mirip seperti motor bebek pada umumnya.

Perubahan ini dinilai kurang sporty dan mengurangi daya tarik yang dimiliki Shogun 125 versi sebelumnya.

 

Suzuki Shogun mulai mengalami kemunduran seiring dengan perkembangan pasar motor matic yang perlahan mulai menyingkirkan segmen motor bebek.

Pada saat ini, Suzuki merilis Suzuki Axelo 125 sebagai pengganti Shogun 125 injeksi, di mana nama Axelo merupakan akronim dari acceleration dan low emission.

Namun, Suzuki tampaknya sudah tidak begitu percaya diri dengan nama Shogun, karena logo tulisan Shogun yang sebelumnya terpampang jelas kini semakin diperkecil, sementara tulisan Axelo terlihat lebih mendominasi.

Lebih parah lagi, semua varian Suzuki Axelo ini justru hadir dengan sistem pengkabutan karburator, keputusan yang sangat disayangkan karena menjadi kemunduran teknologi yang bertolak belakang dengan tag line Suzuki "inovasi tiada henti."

Adapun kekurangan lain dari Axelo yang menjadi sorotan utama adalah desain yang dinilai terlalu biasa dan hilangnya varian SP yang dulunya merupakan seri tertinggi Suzuki Shogun sekaligus varian yang paling diidamkan oleh banyak orang.

Saat pertama kali dirilis, banyak yang tidak percaya bahwa motor ini adalah penerus Suzuki Shogun Series.


Desain Axelo ini benar-benar berbeda jika dibandingkan dengan desain Shogun Robot, mengingat bodi depannya yang terlihat terlalu besar, lampu depan dan speedometer yang aneh, serta lampu belakang yang kurang sesuai dengan desain bodi depannya.

Ditambah lagi, kini bagian pengeremannya kembali menurun, setelah sebelumnya model cakram lebar dihilangkan.

Pada generasi Axelo 125, justru menggunakan kaliper pengereman depan satu piston, padahal sebelumnya Shogun 125 injeksi memakai kaliper dua piston.

Berdasarkan data IC, sepanjang tahun 2011, Axelo 125 mengalami penurunan signifikan sejak pertama kali dirilis. 

Pada Januari, penjualannya mencapai 10.000 unit, namun pada November hingga Desember, motor ini hanya terjual seribuan unit saja.

Komentar miring seputar Suzuki Axelo ini pun mulai banyak bermunculan di berbagai media, dan disinyalir penurunan angka penjualan Axelo disebabkan oleh hilangnya ciri khas yang sebelumnya ada pada Suzuki Shogun.

Hal ini mengurangi daya tarik motor ini di mata konsumen. Faktor desain yang dinilai terlalu biasa atau kurang sesuai dengan selera kebanyakan orang juga membuat motor ini semakin ditinggalkan.

Akibatnya, Axelo yang sebelumnya diharapkan menjadi penyelamat Suzuki Shogun justru mempercepat kematiannya karena penjualannya yang tak pernah membaik.

Sampai akhirnya, Suzuki memutuskan untuk menghentikan Axelo 125 secara bertahap mulai dari tahun 2014 hingga benar-benar berhenti dijual pada tahun 2016.