Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Suzuki Satria 2-Tak, Legenda Motor Bebek yang Tak Terlupakan

Suzuki Satria 2-Tak, Legenda Motor Bebek yang Tak Terlupakan

Suzuki Satria mungkin menjadi salah satu motor legendaris yang dulunya dipercaya sebagai penambah ketampanan pria di mata wanita.

Dalam hal ini, Suzuki cukup sukses membuat nama Satria menjadi motor anak muda yang fenomenal, keren, dan kencang.

Namun, bukan hanya Satria FU yang memiliki citra motor keren dan kencang. Jauh sebelum Satria FU muncul, Satria generasi pertama Suzuki juga tidak kalah fenomenal pada masanya.

Ya, ini adalah Suzuki Satria 120, atau juga dikenal sebagai Satria 2-tak series. Lantas apa yang membuat motor ini begitu fenomenal pada masanya?

Di awal kemunculannya pada tahun 1997, Suzuki mencoba menggebrak pasar dengan menghadirkan generasi pertama Satria yang diberi nama Satria 120S.

Saat pabrikan lain masih berfokus pada motor bebek berkubikasi 100 hingga 110cc, Satria S hadir dengan mesin 2-tak silinder tegak berkubikasi 120cc dengan transmisi 5 kecepatan.

Mesin motor ini diklaim mampu menghasilkan tenaga 13 HP pada 7.500 RPM dan torsi puncak 12,7 NM pada 6.000 RPM.


Bukan hanya itu, fitur-fitur yang disematkan pada motor ini juga cukup mewah untuk sebuah motor bebek. 

Suspensi belakangnya sudah menggunakan monoshock yang saat itu hanya ditemukan di motor-motor sekelas RG 150 maupun Kawasaki Ninja KIS.

Kemudian bodi motor ini ditopang oleh rangka SCAF dengan konstruksi yang mirip seperti rangka twin spar yang berfungsi untuk membuat motor jadi lebih stabil saat dipacu pada kecepatan tinggi.

Namun dengan segala kelebihan yang dimilikinya, inovasi Suzuki tidak berhenti sampai di situ saja.

Setahun setelahnya pada tahun 1998, Suzuki merilis Satria 120R yang dibekali fitur kopling manual dan transmisi 6 kecepatan, serta perubahan ukuran karburator dari 18 mm menjadi 20 mm.

Hal tersebut menjadikan tenaga mesin pada motor Satria 120R meningkat menjadi 13,5 horse power, dan torsinya 13,2 newton meter.

Selain itu, Suzuki juga mengurangi bobot motor ini dengan menghilangkan komponen electric starter yang sebelumnya ada pada Suzuki Satria S.

Sehingga bobotnya turun dari 102,5 kg menjadi 100 kg. Dengan perubahan ini, Satria 2-tak menjadi semakin kencang.

Dalam mempromosikan motor ini, Suzuki menggunakan slogan yang cukup jumawa, seperti "Motor Para Perfeksionis," "Bebek Super Pertama di Indonesia," dan bahkan Suzuki sampai mengatakan bahwa motor ini sebenarnya bukanlah motor bebek lagi.


Pada saat itu, Suzuki juga menyebutkan bahwa Satria R dibekali kopling asli serta transmisi 6 percepatan, yang kemungkinan ditujukan untuk menyindir Yamaha F1ZR yang saat itu masih menggunakan kopling tipe baci.

Namun seolah belum puas, setahun setelah kehadiran Satria 120R 6-speed pada tahun 1999, Suzuki menyempurnakan motor ini dengan menambahkan pengereman belakang tipe cakram.

Generasi Satria R dengan double disc brake ini juga hadir dengan livery bertemakan balap, serta velg cast wheel palang 6 yang membuat aura balapnya semakin kuat.

Salah satu livery paling legendaris dari Satria R 120 double disc brake ini adalah livery biru dengan corak bendera hijau kotak, atau sering disebut sebagai livery Kenny Roberts, yang dibuat untuk mengabadikan momen kemenangan Suzuki bersama pembalap Kenny Roberts Junior yang berhasil menjuarai GP 500 pada tahun 2000.

Dengan berbagai fitur terdepan dan spesifikasi mesin yang overkill, Suzuki sukses menghadirkan motor bebek 2-tak paling mewah pada masanya, tanpa pesaing dari pabrikan lain.

Namun, karena melihat Suzuki Satria R melenggang sendirian tanpa pesaing, Yamaha tertarik untuk memasuki kelas yang sama dengan menghadirkan Yamaha 125Z di Indonesia pada awal 2000-an.

Sayangnya, karena status 125Z yang didatangkan secara CBU dari Malaysia, harga motor ini dibanderol 22 jutaan, jauh lebih mahal dari Satria R yang saat itu dijual seharga 13 jutaan.


Alhasil, penjualan Yamaha 125Z kurang begitu bersinar sehingga masa edarnya hanya berlangsung dalam waktu yang singkat.

Kemunculan Yamaha 125Z kemudian direspon Suzuki dengan menghadirkan Satria R LSCM atau Satria Hiu, yang juga didatangkan secara CBU dari Malaysia.

Versi ini tampil dengan speedometer baru yang dilengkapi takometer, berikut desain keseluruhan yang berubah signifikan menjadi lebih sporty sekaligus modern.

Dan karena bagian belakang bodinya mirip seperti kepala hiu, Satria R LSCM ini mendapatkan julukan sebagai Satria Hiu.

Untuk mesinnya sendiri, Satria Hiu masih mengandalkan kubikasi yang sama seperti generasi sebelumnya.

Hanya saja mesin ini dituning ulang sehingga tenaganya meningkat hingga 15,2 HP dan torsi puncak 14,7 Nm.

Sayangnya, karena aturan regulasi emisi yang ketat di Indonesia, masa bakti Satria Hiu harus berakhir.

Suzuki kemudian memutuskan menurunkan nama Satria kepada FU 150, yang nantinya akan meneruskan legenda Suzuki Satria di Indonesia.


Kepergian Satria 2-tak series menjadi pengingat bahwa Suzuki pernah berjaya dengan menghadirkan motor bebek paling mewah pada masanya.

Selain itu, motor ini juga telah meninggalkan kenangan tersendiri bagi muda-mudi yang belum sempat mencobanya.

Meskipun era Satria 2-tak telah berakhir sejak lama dan mungkin saat ini bukan lagi menjadi motor idola anak muda seperti dulu.

Namun hingga saat ini motor Satria 2-tak tetaplah menjadi motor impian bagi laki-laki yang menolak tua.